Selasa, 21 Oktober 2014

Catatan Mantan Demonstran - Kenangan Kisah 20 Oktober 2009



Foto di atas merupakan parade anak-anak muda berjas almamater dengan panji-panji kebesarannya di Jalan MH Thamrin, depan Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Mereka turun ke jalan dalam rangka berpartisipasi dalam Aksi Simpatik Pelantikan Presiden RI (Joko Widodo) pada tanggal 20 Oktober 2014. Tampaknya mereka berparade menuju Istana Negara, entah apa isu/tuntutan yang mereka bawa pada aksi simpatik kali ini. Namun yang jelas, melihat hal itu aku jadi teringat kisah 5 tahun yang lalu, saat aku dan kawan-kawanku turut berpartisipasi dalam barisan demonstran untuk Aksi Simpatik Pelantikan Presiden RI (Susilo Bambang Yudhoyono), 20 Oktober 2009. Ketika itu statusku adalah seorang mahasiswa semester 5, mahasiswa yang sedang aktif dalam organisasi kampus. Aku sendiri aktif di dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) FMIPA UGM, tepatnya di Departemen Advokasi.



Sore itu, 19 Oktober 2009, rombongan mahasiswa UGM yang tergabung dalam barisan BEM KM UGM berangkat menuju Jakarta untuk bergabung dengan barisan BEM Seluruh Indonesia (SI). Kami berangkat menuju Jakarta dengan menumpang KA Argo Progo, yang ketika itu harga tiketnya masih Rp.35.000/orang. Berdasarkan diskusi dan pembahasan intensif di Gelanggang Mahasiswa UGM selama sebulan sebelum turun ke jalan, Isu/tuntutan yang kami bawa adalah Tugu (Tujuh Gugatan) Rakyat. Apa saja ketujuh gugatan rakyat tersebut?


TUJUH GUGATAN RAKYAT :
  1. Nasionalisasi aset-aset strategis bangsa,
  2. Wujudkan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang bermutu, terjangkau, dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia,
  3. Tuntaskan kasus BLBI dan korupsi Soeharto beserta kroni-kroninya sebagai perwujudan kepastian hukum di Indonesia,
  4. Kembalikan kedaulatan bangsa pada sektor pangan, ekonomi, dan energi,
  5. Menjamin ketersediaan dan keterjangkauan harga pokok bagi rakyat,
  6. Tuntaskan reformasi birokrasi dan berantas mafia peradilan, dan
  7. Selamatkan lingkungan Indonesia dan tuntut Lapindo Brantas.

Paginya, kami tiba di Stasiun Jatinegara, Jakarta Timur. Rombongan BEM KM UGM dijemput oleh rekan satu barisan, BEM UNJ, untuk segera merapat di Kampus B UNJ, di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur. Tak lama kami pun tiba di Kampus B UNJ dan segera bergabung dengan rombongan BEM SI. Setelah briefing sekitar 10 menit, rombongan BEM SI berangkat menuju titik yang telah ditentukan (Gerbang Kampus A UNJ) untuk menumpang bus sedang (baca: Metromini/Kopaja) menuju Istana Negara. Namun apa mau dikata, karena pengemudi Metromini/Kopaja takut ditindak tegas oleh aparat karena membawa rombongan mahasiswa, mereka mengurungkan niatnya untuk mengangkut kami menuju Istana Negara. Koordinator Lapangan (Korlap) akhirnya memutuskan untuk menggelar Long March dari Kampus A UNJ ke Istana Negara.

Berpose sebelum berparade
Rombongan mulai bergerak menuju Istana Negara melewati Jalan Pramuka. Perjalanan panjang sejauh 10 kilometer cukup membuat air minum di botol cepat habis, mengingat kondisi cuaca ketika itu sangatlah terik. Keringat bercucuran di sekujur tubuh membasahi pakaian kami, namun hal itu belumlah seberapa dibanding dengan keringat petani di desa dan buruh pabrik di kota yang diperas oleh kaum-kaum penghisap. Setidaknya kalimat itulah yang membuat kami tetap bersemangat di dalam barisan. Sang Agitator juga nampak berapi-api untuk terus mengobarkan semangat perjuangan kepada barisan demonstran.

Masih di Jalan Pramuka, Sang Orator berorasi membawakan kembali isu Tugu Rakyat. Di tengah orasi tersebut, kami memblokade Jalan Pramuka arah Salemba, sehingga terjadi kemacetan panjang hingga Rawamangun. Lalu kami melanjutkan perjalanan setelah orasi yang tak terlalu lama. Akan tetapi karena waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 dan jarak menuju Istana Negara yang masih terlalu jauh, kami memutuskan untuk menumpang TransJakarta.

Tak terasa di dalam sejuknya bus TransJakarta, kami sudah tiba di Halte Monumen Nasional, yang jaraknya tidak jauh dari Istana Negara. Kami berparade dari Halte Monas ke Istana Negara sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan mahasiswa. Aku sendiri memilih membawa Panji BEM KM FMIPA UGM dan berada di barisan terdepan.

Jalan menuju Istana Negara ditutup untuk keamanan pelantikan presiden, sehingga kami semua tidak bisa berorasi menyuarakan tuntutan kami di depan Istana Negara. Kamipun memilih berorasi di depan Taman Monas. Di situ kami semua berorasi bergantian dari tiap-tiap universitas hingga senja tiba, untuk menyuarakan ide-ide kami tentang Tugu Rakyat. Selama 4 jam barisan kami tidak diperbolehkan menuju Istana Negara, karena dihadang oleh Kepolisian Republik Indonesia, bersama barisan anjing pittbull yang badannya besar agar kami tidak nekat menerobos hadangan polisi. Yah namanya juga aksi simpatik, kami bisa menjamin bahwa aksi yang kami gelar akan berjalan aman. Tak seberapa lama akhirnya Korlap Aksi diizinkan untuk menghadap pihak yang berwenang di Istana Negara untuk mendiskusikan Tugu Rakyat. Ide kami diterima oleh yang bersangkutan, sehingga menjelang Maghrib massa peserta aksi dibubarkan oleh Korlap Aksi.

Massa aksi kemudian bergerak menuju stasiun untuk kembali ke kota masing-masing. Kami kembali ke Jogja menumpang KA Argo Progo. Sambil menunggu keberangkatan kami semua istirahat sambil bersenda gurau mengenai aksi hari ini. Pukul 20.20, KA Argo Progo berangkat untuk mengantarkan kami kembali ke kota Jogja. Tak lama setelah berada di dalam kereta, aku segera menggelar alas untuk merebahkan badanku yang teramat letih hari itu. Aku pun tertidur hingga tak terasa sudah tiba kembali di Jogja.


Tidak ada komentar:

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ :-? #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!

Posting Komentar