Minggu, 04 Maret 2012

Saintis Negarawan yang Berkepribadian

Tidak dapat disangkal lagi bahwasanya perkembangan ilmu pengetahuan di bidang sains semakin pesat. Kekuatan para saintis untuk menggerakkan perubahan juga tidak dapat disangkal lagi. Contohnya adalah ketika James Watt berhasil menemukan mesin uap yang merupakan titik balik modernisasi industri di Inggris waktu itu. Hal ini telah membuat peran tenaga manusia menjadi tergantikan dengan peran mesin dalam industri, sehingga waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang menjadi lebih efektif dan efisien.

Sejarah bangsa Indonesia sendiri memperlihatkan peran nyata saintis dalam pembangunan bangsa. Seperti BJ Habibie yang mampu membuat pesawat terbang. Indonesia pun mempunyai potensi yang besar untuk memajukan bidang teknologinya, karena di Indonesia banyak terdapat saintis yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Contohnya adalah astronom asal Indonesia yang bekerja di Max Planck Institute for Astronomy Jerman, Johny Setiawan, menemukan 8 planet di tata surya. Sejak tahun 2003, Johny meneliti planet extrasolar (di luar sistem matahari) yang mengelilingi bintang muda dan evolusi bintang serta stelar atmosfer atau pulsasi dan aktivitas khromosferik. Belum lagi anak-anak muda potensial yang terlah berhasil mempersembahkan prestasi gemilang di kejuaraan dunia bidang sains, salah satunya ketika Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) berhasil menyabet gelar juara dunia dalam International Physics Olympiad (IPhO) pada tahun 2006.

Sangat disayangkan, potensi yang besar itu sepertinya disia-siakan oleh pemerintah. Terbukti hingga sekarang Indonesia masih saja ketinggalan dalam bidang teknologi oleh negara-negara lainnya. Saya berpendapat kejadian ini bersumber dari bobroknya sistem birokrasi di Indonesia. Sistem birokrasi yang berprinsip “Kalau bisa dipersulit, kenapa dipermudah?” telah menyebabkan peran saintis tidak terasa dalam perkembangan iptek Indonesia. Sistem birokrasi yang belibet ini mengakibatkan semuanya kacau. Contohnya adalah rendahnya perhatian pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan saintis. Belum lagi dana penelitian dan fasilitas laboratorium yang kurang memadai untuk melakukan penelitian. Dan lagi peran pemerintah untuk membantu saintis mempromosikan hasil temuannya ke masyarakat luas yang masih dirasa sangat kurang, padahal saintis sangat bergembira jika hasil penelitiannya bisa bermanfaat untuk masyarakat Indonesia.

Sekali lagi sangat disayangkan. Lantas apa yang bisa kita lakukan? Kita harus bisa mendobrak sistem birokrasi di Indonesia yang bobrok ini. Mulai saat ini, berikan pemahaman kepada mahasiswa eksakta untuk benar-benar berani mendobrak sistem birokrasi saat sudah menjadi saintis kelak. Mahasiswa eksakta jangan cuma mempelajari ilmu yang dituntutnya. Mahasiswa eksakta juga harus belajar mendobrak sistem birokrasi, karena perubahan besar dimulai dari yang kecil.

Tidak ada komentar:

:) :( ;) :D ;;-) :-/ :x :P :-* =(( :-O X( :7 B-) :-S #:-S 7:) :(( :)) :| /:) =)) O:-) :-B =; :-c :)] ~X( :-h :-t 8-7 I-) 8-| L-) :-a :-$ [-( :O) 8-} 2:-P (:| =P~ :-? #-o =D7 :-SS @-) :^o :-w 7:P 2):) X_X :!! \m/ :-q :-bd ^#(^ :ar!

Posting Komentar